Scientivist Note #5
Scientivist -- Akhir tahun lalu UNFPA (United Nations Population Fund) merilis publikasi yang berisikan 21 anak muda Indonesia dengan kontribusi dan impact yang luar biasa terhadap masyarakat luas. Masing-masing memiliki platform pergerakannya sendiri, dan tentunya dengan latar belakang yang berbeda-beda. Dengan tajuk 21 Inspiring Youth Leaders, mereka menunjukkan pesonanya masing-masing.
Kriteria "youth" yang ditetapkan oleh UNFPA Indonesia didasarkan pada usia mereka yang relatif muda saat mereka berkecimpung yakni 15-24 tahun. Mereka diseleksi langsung oleh UNFPA Youth Advisory Panel (YAP).
Apabila ingin sedikit lebih menelaah usia 15-24 tahun merupakan generasi yang oleh Don Tapscott disebut sebagai Net Generation atau Net Gen. Dalam bukunya, Grown Up Digital : How the Net Generation is Changing Your World, Tapscott meramalkan kemunculan Net Gen dan dampaknya terhadap masyarakat baik dari perspektif perusahaan, organisasi, hingga sosial kemasyarakatan.
Memang, sudah cukup banyak diskursus yang juga telah menelaah kemunculan Net Gen. Sudah banyak pula cerita yang membuktikan datangnya Net Gen dan impact yang mereka berikan. Ikon Net Gen terkenal sekaliber Mark Zuckerberg (Founder, Chairman & CEO Facebook) yang telah berjaya dengan Facebook-nya selama satu dekade, hingga Lei Jun (Founder & CEO Xiaomi) dengan produk Xiaomi yang mampu mengguncang pasar manufaktur sekelas Samsung dan Apple di seluruh penjuru dunia menjadi salah satu sampel dari generasi ini.
Tapscott sendiri mendefinisikan Net Gen sebagai generasi yang lahir dalam rentang Januari 1977 sampai dengan Desember 1997. Dengan demikian otomatis dari tahun kelahiran saja kita dapat menentukan orang tersebut dapat kita masukkan ke dalam list Net Gen atau tidak. Di Amerika Serikat sendiri generasi ini menempati proporsi paling tinggi dibandingkan dengan lainnya, karena menempati 27 persen populasi total penduduk AS atau 81.1 juta jiwa. Istilah Net Gen itu sendiri ditujukan kepada generasi ini dikarenakan generasi inilah yang merupakan generasi pertama yang terpapar dengan internet, perangkat komputer dan gadget serba canggih dan mampu beradaptasi dengan cepat. Dengan segala keunggulannya, Net Gen mampu beradaptasi dengan mereka (komputer, gadget, broadband internet dsb -red) dan menggunakannya sebagai piranti yang mampu membuat Net Gen looks different dibanding dengan generasi lainnya.
Kita mungkin dapat dibuat tercengang dengan kiprah Net Gen di luar sana. Sebut saja Ben Rattray, CEO sekaligus founder dari Change.org, Astrid Klein dan Mark Dytham founder Pecha Kucha, Evan Williams dkk yang menemukan Twitter pada 2006 silam. Tetapi kemudian muncul pertanyaan dimana Net Gen kita yang made in Indonesia ?
Memang bukanlah hal yang mudah mencari sekeping informasi terkait kiprah para Net Gen made in Indonesia di era banjir informasi saat ini. Informasi tentang prestasi adalah hal yang mahal saat ini, apresiasi juga sulit untuk dicari.
Saya ingin kembali pada publikasi yang dikeluarkan oleh UNFPA Indonesia dengan tajuk Investing in Youth People in Indonesia yang setidaknya bisa menjadi angin segar. Dalam publikasi UNFPA (United Nations Population Fund) Indonesia yang dirilis pada 10 Desember 2014, UNFPA Indonesia menunjukkan perhatiannya kepada generasi muda (net gen) Indonesia yang dinilai mampu menjadi inspirasi bagi Net Gen yang lain. Total terdapat 21 Net Gen yang dipilih oleh panel dari UNFPA dengan mempertimbangkan rekam jejak yang mereka torehkan dan impact factor mereka terhadap masyarakat luas. Bertajuk 21 Inspiring Youth Leaders UNFPA memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap 21 Net Gen Indonesia yang dinilai mampu memberikan inspirasi kepada Net Gen lainnya.
Menilik lebih lanjut tentang karakteristik yang melekat pada Net Gen.
Karakteristik yang unik dari Net Gen memang membedakannya dengan yang
lain. Termasuk eight norms yang mereka jadikan pegangan : freedom, customize, scrutiny, integrity, entertainment, collaboration, speed, dan innovation. Beberapa norms ini juga akan sedikit dibahas lebih lanjut dalam artikel ini, sebagai sedikit deskripsi singkat mengapa saya menjuluki mereka dengan Net Gen seperti yang Tapscott katakan dalam bukunya.
#1 Collaboration is the solution!
Mereka percaya dan paham betul definisi dari kolaborasi. Dalam hal ini arogansi masing-masing pihak ditempatkan dengan proporsi yang semestinya. Net Gen sangat percaya kolaborasi dapat menjadi solusi mengatasi masalah yang ada di masyarakat. Saya ingin mengambil contoh hasil kerja dari Timmy dan Vikra yang sukses dengan KitaBisa.com. Berawal dari niatan untuk membantu berbagai aktivitas sosial yang banyak membutuhkan dana, mereka mulai mengeksekusi dan mengemas "bantuan" mereka dengan mendirikan website dan foundation yang bergerak berbasis crowdfunding. KitaBisa.com berkolaborasi dengan berbagai social activist termasuk juga Rumah Perubahan milik Rhenald Kasali. Di launching pada 6 Juli 2013 KitaBisa.com telah membantu menyukseskan lebih dari 25 proyek sosial dengan total bantuan lebih dari 85.000 USD. Prestasi tersebut juga berhasil KitaBisa.com meraih penghargaan People's Choice Award DBS-NUS Venture Challange Asia 2014 Singapura.
#2 Innovation makes you different!
Saya tentu tidak terkejut ketika nama Gamal Albinsaid masuk kedalam line-up 21 Inspiring Future Leaders versi UNFPA Indonesia. Dengan asuransi kesehatan berbasis sampah dan gerakan Indonesia Medika-nya Gamal sukses mengantarkan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini mendapatkan berbagai penghargaan seperti Unilever Sustainable Living Young Entrepreneur Award, Ashoka Young Changemakers Award, AusAID's Indonesian Social Innovator Award hingga Inspiring Scientific Award dari Kemenristek-DIKTI. Idenya yang sederhana namun solutif dan inovatif serta aplikatif mengenai asuransi kesehatan berbasis sampah mampu menyelesaikan dua problem sekaligus : biaya kesehatan yang mahal dan tingginya volume sampah. Saat ini proyek sosialnya telah melibatkan 88 sukarelawan, 15 dokter, dan 12 perawat yang kesemuanya terlibat di komunitas di Malang, Jawa Timur.
#3 Speed does matter!
Terlahir di provinsi yang tergolong rawan akan bencana alam, Daniel Oscar Baskoro memberikan ide kreatifnya untuk menyelesaikan dan membantu masalah mitigasi bencana. Yang menjadi perhatian besar Oscar adalah mengenai bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar mitigasi bencana bisa menjadi lebih cepat sehingga dapat meminimalkan korban jiwa. Dia memanfaatkan teknologi untuk merealisasikan idenya. Oscar yang sejak SMA menekuni bidang IT menunjukkan kecemerlangannya dengan Google Glass yang dia miliki untuk membantu proses mitigasi kebencanaan agar dapat lebih cepat atau lebih dini. Program "Quick Disaster" yang Oscar rancang bersama rekannya yang juga berasal dari jurusan lain seperti Geofisika dan beberapa jurusan lain mampu mengantarkannya mendapatkan World Bank Global Winner Award 2014. Selain itu, programnya yang dia integrasikan dengan Google Glass yang dia miliki, juga mampu mengantarkannya juga ke Silicon Valley dan juga bertemu dengan CEO Apple, Tim Cook.
Technology makes a huge difference in times of disaster.
#4 Entertainment is everything!
Net Gen terkenal sangat selektif dalam memilih apa yang akan menjadi pekerjaannya kedepan dan preferensi passion juga akan menentukan segalanya. Tak terkecuali dari aspek entertainment, pekerjaan yang ditekuni wajib memenuhi passion yang mereka miliki. Hal itu berlaku pula pada Karina Salim. Passion dan kecintaannya pada dunia seni sejak kecil, Karina memutuskan untuk menekuni balet, drama musikal, menyanyi hingga tari kontemporer. Karirnya di bidang adu akting mampu mengantarkannya hingga ke Sundance Film Festival pada tahun 2014 dan film yang dia bintangi merupakan satu-satunya film Indonesia yang di screening disana.
Itulah sedikit bahasan mengenai Net Generation yang Don Tapscott sudah "ramalkan" dan telah dipadu dengan tulisan dari UNFPA Indonesia mengenai potensi anak muda (youth) yang ada di Indonesia. Dan, inilah 21 anak muda versi UNFPA Indonesia dengan platform gerakan, dan kontribusi diatas rata-rata kepada masyarakat (download).
Yap! Inilah Net Gen Indonesia dengan segala kontribusinya yang patut kita apresiasi. Ditengah-tengah hingar bingar kondisi perpolitikan saat ini ditambah dengan minimnya pemberitaan terkait prestasi anak muda, inilah mereka, datang dengan segala optimisme yang patut kita apresiasi. Meskipun berbeda platform pergerakan, mereka punya sesuatu yang dapat mereka banggakan tanpa sedikitpun menanggalkan identitas dan passion mereka. Selamat datang Net Gen Indonesia! (*)
![]() |
| 21 Inspiring Future Leaders versi UNFPA Indonesia |
Dibuat oleh : Aditya Doni
Pada : 23 Maret 2015
Diupdate : -



0 comments:
Posting Komentar